Senin, Mei 25, 2015

Tigabelas (MY)

Burung-burung berkicau seirama merdu. Bunga, dahan juga pohon melembain terhembus sejuknya pagi. Mentaripun mulai keluar dari peraduannya. Tampak indah dan menyilaukan. Sedangkan jarum jam menunjukan pukul 07.30 tepat.
            “Key... keyza. Ayo bangun sayang! Ayolah, nanti kamu terlambat ke sekolah.” Ujar Mama.
            “Aaahh Mama, aku masih mengantuk. Sebentar ya Ma. Sebentaar lagi” jawabku malas sambil menutupi wajah dengan guling.
            “Cepatlah ! Ini sudah siang. Lagipula Papa sudah menunggumu sejak tadi.” Rayunya lembut.
            “Baiklah... Aku bangun.“
            “Okay! Jangan lama-lama, papamu menuggu dibawah.” Ujar Mama lalu beranjak pergi.
            Namun sebelum aku beranjak dari tempat tidur, sejenak aku melayang bersama khayalanku.
            “Indah sekali pagi ini. Andaikan saja hidupku selalu indah seperti pagi ini. Pasti aku sangat bahagia tentunya.” Ujarku.
            Tak terasa akupun teringat akan banyaknya kesialan yang ada dalam hidupku. Terutama setiap tanggal TIGABELAS. Sungguh tidak ada hari sesial tanggal tigabelas. Seperti halnya tanggal tigabelas hari ini. Aku yakin, pasti akan ada banyak hal sial terjadi hari ini. Agaknya cuaca cerah pagi ini tak seperti hatiku yang sedang resah. Sejenak aku meratapi nasib malangku itu. Namun tiba-tiba aku teringat suatu hal.
            “Jam berapa ini ?”

***

            Benar saja ini mamang benar-benar hari sialku. Tak terelakan lagi aku terlambat ke sekolah. Satpam yang sedang berjaga menyuruhku lari berkeliling lapangan basket sebanyak 15 kali sebagai hukumannya.
            Tidak hanya itu, kelas pertamaku hari ini adalah Pak Bambang, guru Fisika yang super duper killer. Parahnya lagi ketika aku disuruhnya mengerjakan tugas di papan tulis, buku tugasku itu tertinggal. Tak ayal lagi-lagi aku mendapat berbagai macam kata-kata pedas darinya.
Tapi hari sialku belum selesai sampai disitu. Ketika aku hendak menuju toilet, ada sekumpulan genangan air. Sialnya aku tidak melihat genangan air itu.  Tentu saja aku terpeleset kemudian jatuh. Teman-teman disekitarku hampir semuanya menertawakanku. Termasuk juga Alvin. Sungguh memalukan !

***

Bel pulang sekolahpun berbunyi.
Semua berebut menuju pintu keluar. Tapi tak sedikitpun aku beranjak dari kursiku. Namun, tiba-tiba ada seseorang yang datang emnghampiriku, kemudian dia duduk disebelahku.
 “Sedang apa kamu disini ? Kenapa kamu belum pulang ?” tanyanya.
Akupun mengangkat wajahku lalu melihat wajah orang tersebut. Sungguh tak disangka-sangaka orang itu adalah ALVIN, orang yang sangat aku sukai selama ini.
“Tttii... Tidak. Aku tidak sedang melakukan apapun.” Jawabku gugup.
“Sepertinya kamu sedang memikirkan sesuatu ?” tanyanya lagi.
“Hmmm... Bukan sesuatu yang besar.”
“Kamu bisa bercerita kepadaku jika kamu mau.” bujuknya lembut.
“Tidak apa-apa. Hanya sesuatu yang sepele.”
“Oh . Yasudah jika kamu tidak mau bercerita. Tapi jika kamu membutuhkan seseorang utuk menemanimu, kamu bisa datang kepadaku. Okay !”
“Baiklah... ”
“Aku pulang duluan ya. Baik-baik Keyza ... “ ujarnya sambil tersenyum lalu beranjak pergi.
Aku sangat bahagia. Aku berjingkrak kegirangan dan tertawa sekencang-kencangnya. Sungguh tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.

***

Keesokan harinya di taman belakang rumah. Aku duduk terdiam sendiri. Memikirkan semua yang terjadi tanggal Tigabelas Januari kemarin.
“Dorr...”
“Lena! Kau membuatku kaget saja. Memang kamu mau betanggungjawab jika aku terkena serangan jantung hah ?” bentakku kesal.
“Iya maaf. Habis aku lihat kamu serius sekali .”
“Memang. Aku sedang memikirkan sesuatu.”
“Apa?”
“Tentang tanggal 13.”
“Oh... Tentang kejadian kemarin?”
Yups ! Tapi sebenarnya masih ada sesuatu hal yang belum aku ceritakan kepadamu.”
“Apa itu ?” tanyanya penasaran.
“Kemarin sehabis pulang sekolah, ketika aku duduk sendiri dikelas, tiba-tiba Alvin datang menghampiriku. Kamu tau apa yang dia katakan ? ‘Aku bisa datang  padanya kapanpun jika aku membutuhkannya.”
“Sungguh ? Itu benar-benar berita yang bagus.”
“Memang. Tapi taukah kamu? Kemarin itu tanggal Tigabelas Januari. Tagabelas Lena ! Imposible bukan ?”
“Tidak juga. Menurutku tidak ada satupun hari yang diciptakan oleh Tuhan menjadi hari sial. Terutama tanggal ‘Tigabelas’. Memang banyak persepsi tentang tigabelas sebagai angka sial. Tapi bukankah itu hanya mitos ?”
“Tapi memang pada kenyataannya aku sering mendapatkan banyak kesialan di tanggal 13. Kamu tau sendiri kan?”
“Bukankah kamu juga mendapatkan keberuntungan di hari itu? Contohnya saja kemarin, Alvin perhatian kepadamu. Bukankah itu keberuntungan?”
“Memang benar. Tapi ... “
“Tapi apa? Key, dengarkan aku! Aku rasa bukan tanggal tigabelas yang merupakan hari sial, tetapi bagaimana kita memberi sugesti diri kita tentang hari tersebut. Contohnya saja apabila kamu memberikan sugesti negatif pada diri kamu tentang tanggal 13, niscaya tanggal 13 selamanya akan menjadi hari yang sial untuk kamu. Sebaliknya bila kamu memberi sugesti positif pada diri kamu, kamu akan mendapatkan hari yang baik dan indah. Contohnya saja aku, aku tidak pernah memberi cap buruk pada tanggal tigabelas. Alhasil, tanggal 13 tidak terlalu menakutka untukku. Cobalah kamu jalani hidup kamu apa adanya Key! Mengalir seperti air.”
“Hmmm... Sebenarnya aku tidak terlalu yakin. Tapi baiklah akan kucoba.”
Dia tersenyum lalu memelukku.

***

Setiap hari aku memikirkan perkataan Lena. Tak seharipun melupakannya. Aku mencoba dan terus mencoba menghilangkan rasa takut akan angka tigabelas, tanggal tigabelas dan semua hal yang berbaur dengan angka tigabelas.
Hari demi hari kujalani seperti biasa. Hingga akhirnya tibalah saatnya menuju tanggal tigabelas bulan selanjutnya. Entah mengapa hatiku selalu berdebar setiap kali memikirkannya.

***

Mentari bersinar cerah. Angin berhembus menusuk bulu kuduk hingga membangunkanku. Inilah saatnya aku membuktikan ucapan Lena. Menuju tanggal 13 yang bahagia.
Sekuat tenaga aku menguatkan hati dan jiwaku bahwa tanggal tigabelas akan menjadi hari yang bahagia, tanggal tigabelas tidak akan lagi menjadi tanggal yang menakutkan, aku akan bersahabat dengan tanggal tigabelas. Hingga tak terasa aku berteriak “TANGGAL TIGABELAS FEBRUARI INI AKAN MENJADI HARI YANG INDAAAH”.

***

Akupun memulai tanggal tigabelas ini dengan senyuman termanisku. Hasilnya tidak terlalu buruk. Aku memang terlambat, tapi satpam yang sedang sekolah yang sedang berjaga tidak sempat menghukumku kareana kebetulan ada seorang siswi yang mengalami kecelakaan hari itu. Pelajaran hari inipun tidak mengecewakan, karena aku dapat menyelesaikan semua tugas-tugas yang diberikan Pak Bambang.
Dan yang terakhir … kali ini ketika aku hendak menuju toilet, aku berlari karena sudah tak tahan lagi. Aku berlari dan teruuss berlari sekencang-kencangnya sampai-sampai aku sempat menabrak beberapa orang siswa. Karena saking kencangnya aku berlari hingga lagi lagi aku tidak melihat genangan air disekitar pintu menuju toilet. Tak bias dihindari akupun terpeleset.Awalnya dalam benakku aku berfikir bahwa aku akan terjatuh dan semua orang akan menertawaiku.
“Sia-sialah aku memberikan sugesti positif pada diriku akan tanggal tigabelas. Toh hasilnya sama saja. Sama-sama sial.”
Namun belum sempat aku melanjutkan lamunanku itu, tiba-tiba ada seseorang dating kemudian menolongku. Dan akupun jatuh dalam pelukannya. Tapi ketika aku hendak melihat orang tersebut, ternyata dia adalah ….
“Alvin…”
“Kamu tidak apa-apa Key?” tanyanya lembut. Tapi aku hanya terdiam.
SUNGGUH TANGGAL TIGABELAS ADALAH HARI YANG PALING INDAAAH....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar